Siapa bilang warga SMANDALAS
kehilangan semangat dalam memperingati hari pahlawan? Ketika sekolah
menginstruksikan bahwa semua warga sekolah wajib memakai busana tempoe dulu
bertema kepahlawanan, serentak semua warga SMANDALAS menyambut dengan semangat.
Tanggal 9 November awal mula semua warga memakai busana yang
bertema kepahlawanan dengan berbagai
tema seperti tema petani tempoe dulu, pejuang dengan bambu runcingnya, gadis
desa, pelajar tempo dulu, dokter, perawat, tim PMI,angkatan bersenjata seperti
polisi, angkatan laut, rakyat tertindas bahkan ada yang mengambil tema
penghianat bangsa. Yang membuat para pendidik salut, siswa-siswi SMANDALAS
tetap berupaya menampilkan busana terbaik mereka walaupun tidak ada penilaian.
Semangat yang ditampilkan para siswa mendorong Pembina sekbid OSIS beinisiatif
untuk melakukan penilaian. Dari kelas ke kelas tim juri dari Pembina sekbid
memberikan penilaian, beruntung para pengajar di kelas dengan senang hati
memberikan waktunya sekitar 10 menit.
Tidak hanya siswa, para pendidik, jajaran staf TU,
petugas kebersihan, menyambut baik instruksi sekolah. Ada Ibu Warni dengan baju petaninya lengkap dengan capil
dan bakulnya, ada Ibu Andria dengan baju tentaranya, dan lain-lain yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Selama pembelajaran berlangsung pada hari Kamis (9
November), di awal pembelajaran siswa berinisiatif meminta menyanyikan
lagu-lagu perjuangan, lagu nasional. Kelas XI IPA-7 dengan semangat menyanyikan
lagu-lagu nasionalime, hal ini membuktikan bahwa anak-anak SMANDALAS tidak
melupakan lagu nasional.
Tanggal 10 November 2012 saat upacara bendera
memperingati hari pahlawan, semua warga SMANDALAS dengan hikmat melaksanakan
upacara dengan busana bertema kepahlawanan juga.
Bapak Samuji (Wakasek kurikulum) sebagai Pembina upacara memberikan sambutan yang dapat menambah semangat nasionalisme warga smandalas. Pesan dari Pembina bahwa jika dulu kita berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang, maka saat ini kita berperang melawan kemiskinan. Kebodohan membuat kita miskin, maka hendaknya kita berjuang melawan kebodohan sehingga kita bisa menjadi bangsa yang maju, dan dapat dibanggakan. Melawan kebodohan dengan upaya belajar yang lebih giat dan selalu optimis. Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa para pahlawannya, dengan belajar berarti kita telah menghargai hasil perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa.
Bapak Samuji (Wakasek kurikulum) sebagai Pembina upacara memberikan sambutan yang dapat menambah semangat nasionalisme warga smandalas. Pesan dari Pembina bahwa jika dulu kita berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang, maka saat ini kita berperang melawan kemiskinan. Kebodohan membuat kita miskin, maka hendaknya kita berjuang melawan kebodohan sehingga kita bisa menjadi bangsa yang maju, dan dapat dibanggakan. Melawan kebodohan dengan upaya belajar yang lebih giat dan selalu optimis. Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa para pahlawannya, dengan belajar berarti kita telah menghargai hasil perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar